Pengembangan diri adalah keberanian untuk berubah dan menghadapi tantangan. Seperti diketahui bersama, perjalanan hidup yang kita lalui tidak akan pernah lepas dari kesulitan dan tantangan baik itu pada orang sukses ataupun orang gagal hanya perbedaannya terletak pada kecerdasan menghadapi dan merespons kesulitan hidup yang dijalani oleh masing-masing individu. Menurut Stoltz (2000:8), suksesnya pekerjaan dan hidup terutama ditentukan oleh Adversity Quotient (AQ). Adversity adalah kemampuan seseorang untuk menghadapi, masuk, dan mengatasi berbagai tantangan hidup. Dikatakan juga bahwa AQ berakar pada bagaimana kita merasakan dan menghubungkan dengan tantangan-tantangan. Orang yang memiliki AQ tinggi tidak akan pernah takut dalam menghadapi berbagai tantangan dalam proses kehidupannya. Bahkan dia akan mampu untuk mengubah tantangan yang dihadapinya dan menjadikannya sebuah peluang. AQ itu sendiri mempunyai tiga bentuk, yakni; (1) suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan; (2) suatu ukuran untuk mengetahui respons terhadap kesulitan; dan (3) serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons terhadap kesulitan.
Berbicara tentang perbedaan respons setiap individu dalam menghadapi kesulitan hidup atau tantangan, Stoltz mengelompokkan individu menjadi tiga : quitter, camper, danclimber.
1. QUITTER
Tipe seperti ini adalah tipe manusia yang selalu menyerah dengan keadaan dan yang tak ingin menghadapi masalah atau bisa dikatakan setiap ada masalah yang datang ia selalu ketakutan, sering orang menyebutnya sebagai manusia pengecut. Ia selalu berpikir “Aku takut jika harus melaluinya! Masalah ini terlalu berat bagiku!” dsb.. dsb.. Seorang quiter yang parah bahkan akan sering melihat sebuah masalah lebih besar daripada yang seharusnya ia lihat. Manusia quitter adalah manusia yang sulit dan tidak senang melakukan perubahan. Quitter menolak untuk mendaki lebih tinggi lagi, kemampuannya kecil atau bahkan tidak ada sama sekali; mereka tidak memiliki visi dan keyakinan akan masa depan. Bisa dipastikan kehidupan seorang quitter adalah kehidupan yang tidak menyenangkan dan datar – datar saja.
2. CAMPER
Camper adalah orang yang berhenti dan tinggal di tengah pendakian. Tipe camper masih bisa dikatakan berani menghadapi tantangan dibandingkan dengan quitter namun sayangnya hanya hingga waktu atau batas tertentu saja. Umumnya camper terlalu sering kehilangan fokus tujuannya karena setelah mencapai tingkat tertentu dari pendakiannya maka ia kemudian berpaling untuk menikmati kenyamanan dari hasil pendakiannya diumpamakan sebagai orang yang sedang berkemah, ketika melihat tanah yang datar dan pemandangan yang indah disekelilingnya maka sesegera mungkin ia mengakhiri pendakiannya bahkan menikmati waktu tersebut untuk bersuka-ria, bersantai dan tidak berupaya untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi (tidak mau meninggalkan zona nyaman yang telah dicapainya). Camper cenderung selalu merasa cepat puas dengan apa yang dicapainya. Lambat laun tantangan pun semakin berat dan persaingan pun semakin ketat, akhirnya camper dapat berubah menjadui quitter karena hilangnya semangat dalam berjuang.
Camper adalah orang yang berhenti dan tinggal di tengah pendakian. Tipe camper masih bisa dikatakan berani menghadapi tantangan dibandingkan dengan quitter namun sayangnya hanya hingga waktu atau batas tertentu saja. Umumnya camper terlalu sering kehilangan fokus tujuannya karena setelah mencapai tingkat tertentu dari pendakiannya maka ia kemudian berpaling untuk menikmati kenyamanan dari hasil pendakiannya diumpamakan sebagai orang yang sedang berkemah, ketika melihat tanah yang datar dan pemandangan yang indah disekelilingnya maka sesegera mungkin ia mengakhiri pendakiannya bahkan menikmati waktu tersebut untuk bersuka-ria, bersantai dan tidak berupaya untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi (tidak mau meninggalkan zona nyaman yang telah dicapainya). Camper cenderung selalu merasa cepat puas dengan apa yang dicapainya. Lambat laun tantangan pun semakin berat dan persaingan pun semakin ketat, akhirnya camper dapat berubah menjadui quitter karena hilangnya semangat dalam berjuang.
Pantang menyerah itulah gambaran dari tipe climber. Climber adalah orang yang berhasil mencapai puncak pendakian. Mereka tak kenal lelah dan senantiasa terfokus pada usaha pendakian tanpa menghiraukan apapun keadaan yang dialaminya, tak peduli panas ataupun hujan. Selalu memikirkan berbagai macam kemungkinan, jika ia menemukan ada hambatan batu di atas gunung sana, ia mencari jalan lain. Tipe climber selalu menyambut baik setiap perubahan, bahkan ikut mendorong setiap perubahan tersebut ke arah yang positif. Terkadang memang mereka mundur dan merasa lelah, tetapi itu adalah hal yang alamiah dari suatu pendakian dan mereka senantiasa mempertimbangkan dan mengevaluasi hasil pendakiannya untuk kemudian bergerak lagi maju hingga puncak pendakian tercapai. Hidupnya “lengkap” karena telah melewati dan mengalami semua tahapan sebelumnya. Mereka menyadari bahwa akan banyak imbalan yang diperoleh dalam jangka panjang melalui “langkah-langkah kecil” yang sedang dilewatinya. Hanya seorang climberlah yang sanggup menikmati kepuasan yang seutuhnya dan menjadi inpirasi sukses bagi banyak orang.
Jadi, tipe manusia yang manakah Anda ?
Kadang angin godaan bertiup sangat kencang dan terpaan hujan hambatan mengucur begitu deras. Namun, kita pelu memahami beberapa hal yang dapat membuat kita mampu bertahan dan mencapai tujuan, yaitu :
- kesuksesan besar dibangun dari fondasi – fondasi kesuksesan kecil
- dalam menngejar kesuksesan, tidak ada yang disebut dengan kegagalan, yang ada hanya berhenti terlalu cepat
- dalam mengejar kesuksesan kita harus menyelesaikan apa yang telah kita mulai.
Refrensi : Buku Tukang Kayu dan Pilar Kesuksesan Oleh Bapak Herry Wibowo
0 komentar:
Posting Komentar